Uncategorized

My Pervert Husband Chapter 18 A – JiYoo19 (D.OneDeer19)

Untitleda-1

My Pervert Husband Chapter 18 A

Author : JiYoo19

Genre : Romance, Drama, Comedy *maybe*, lil bit Angst, Marriage Live, School Live

Cast : – Xi Luhan – Park Hyunjo

Leight : Chapter

WARNING : PG20!

My Pervert Husband : Bagi Hyunjo, hal terburuk di hidupnya adalah berhadapan dengan Xi Luhan, seniornya yang luar biasa keren dan populer,menjadi korban pem-bully-annya tiada henti dan menyandang status sebagai gadis paling sial di sekolahnya.

Itu buruk.

Tapi itu semua masih tidak lebih buruk ketika Hyunjo membuaka mata, menemukan Xi Luhan tertidur di sebelahnya TANPA MENGENAKAN PAKAIAN dan memeluk tubuhnya, sementara itu ketika ia melirik tubuhnya sendiri, Hyunjo menemukan dirinya hanya mengenakan sebuah lingerie tipis berwarna putih dalam keadaan tidak terpasang sempurna. Tapi seakan itu semua belum menambah keterkejutannya, matanya membelalak makin lebar ketika mendapati sebuah cincin tersangkut di jari manisnya.

Oh tidak…

Apa yang sudah terjadi?

“KYAAAAA!!!! XI LUHAN!!! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADAKUUUUU!!!!!”

***

Part 1  part 2 part 3 part4 part5A part5B part6 part7 part8A part8B part9 part10 part11 part12 part13 part14 part15 part16 part17

***

 

SAAT ini ada banyak spekulasi yang bergelantungan di kepala Hyunjo. Ia sendiri tidak mengerti apakah ini spekulasinya mengenai penjelas guru Bong tentang sistem rangka pada mamalia ataukah tentang sikap Lu Han yang semakin aneh akhir-akhir ini.

Selama ini Hyunjo selalu memercayai firasatnya—dan ia tidak pernah memercayai firasat buruknya lebih dari ini. Ia merasa setengah sinting dan setengah panik di waktu yang hampir bersamaan—ia bahkan sangat  terguncang dengan hal yang entah apa namanya.

Pikirannya kacau. Dan ia berani bertaruh, ini jauh lebih memusingkan dibandingkan memecahkan persoalan Trigonometri sederhana.

Ji Yoon yang duduk di bangku depan melirik ke arahnya dan mengerutkan dahi. Alisnya setengah naik dan mimik wajahnya seolah-olah berkata ‘kau diare ya?

Hyunjo mendengus dan kembali fokus pada penjelasan guru Bong. Berpura-pura sibuk mencatat—atau sebut saja mencoret-coret catatannya.

Pentas seni akan diadakan besok dan Hyunjo yakin Lu Han tidak akan memiliki jam istirahat yang cukup hingga hari itu tiba. Lagi-lagi ini membuatnya cemas. Entah mengapa segala hal yang berhubungan dengan Lu Han bisa membuatnya cemas dengan kadar yang sangat mengkhawatirkan akhir-akhir ini.

Hyunjo bahkan masih mengingat runtutan kejadian dimana Lu Han berteriak dan menangis di bahunya. Hari itu mereka memutuskan untuk bolos sekolah, Lu Han membawa Hyun Jo mengunjungi rumah lamanya dan bertemu dengan pengasuh Lu Han saat ia masih anak-anak.

Saat itu Lu Han sangat sentimentil, mereka menghabiskan hari dengan ngobrol dan berbaring di dalam kamar hingga dini hari. Namun entah mengapa, Hyunjo merasa akan ada yang terjadi. Sesuatu seperti berusaha pergi darinya.

Wanita itu memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam.

Semoga saja ini tidak seperti yang ada di dalam pikirannya.

“—Park Hyunjo-ssi, kau mendengarku?”

Suara guru Bong yang lantang menyadarkan Hyunjo dari lamunannya, gadis itu tersentak dan buru-buru mengangkat kepalanya. Dia bisa melihat guru Bong berdiri di sisi mejanya dan menatap Hyunjo dengan ekspresi yang tidak terbaca.

“A-ah y-ya—maksudku tidak, aku…” Hyunjo tergagap di bangkunya, semua mata tertuju padanya dan mulai saling berbisik satu sama lain. Hyunjo mulai panik, dia khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi selama dirinya melamun.

“Tuan Im Jae Boom dari anggota Dewan Siswa mencarimu,”

Hyunjo kembali terdiam, dari tempat duduknya dia bisa melihat seorang pemuda yang membawa setumpuk map sedang berdiri di depan pintu kelasnya. Sekali lagi, ini di luar ekspektasinya, dia bahkan tidak tahu siapa itu Im Jae Boom dan apa keperluannya untuk menemui Hyunjo.

Hyunjo berdiri denga ragu-ragu, dia melangkah menuju pintu kelas setelah sebelumnya meminta izin pada guru Bong. Pria bernama Im Jae Boom itu tersenyum tipis dan mengucapkan ‘Halo’ dengan nada yang sangat sopan dan menyenangkan. Sangat mencerminkan jika dirinya berasal dari Dewan Siswa.

Mereka berjalan bersisihan di koridor. Hyunjo tidak tahu kemana tujuan mereka saat ini karena ia hanya mengikuti Im Jae Boom pergi.

“Aku tahu kau mungkin merasa heran saat aku mencarimu, Park Hyunjo-ssi. Dan aku yakin kau mungkin penasaran dengan alasanku untuk mencarimu,” Im Jae Boom tersenyum datar. Itu bukan jenis senyum yang menyenangkan atau senyuman yang sama buruknya seperti senyuman guru Song, tapi entah mengapa Hyunjo bisa merasakan ada yang salah dengan senyuman pemuda ini.

Hyunjo tersenyum kikuk, “Sejujurnya ya, dan aku tahu kau mungkin bisa menebaknya dengan baik dari raut wajahku,”

Hyunjo sangat buruk dalam mengolah kata-katanya dan semua orang tahu hal itu. Selera humornya juga sangat jelek dan hampir setiap kata-kata yang keluar darinya adalah kata-kata klise.

Sekali lagi, Im Jae Boom kembali tersenyum datar. Dan Hyunjo merasa dirinya tidak akan baik-baik saja setelah ini. Dia yakin itu.

“Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu,”

“…bertanya?”

“Ya,”

Pemuda itu menghentikan langkahnya di depan ruang Sekretariat Dewan Siswa, ia berbalik dan menatap Hyunjo tepat di matanya.

“Aku hanya berharap kau akan menjawabnya dengan jujur, Park Hyunjo-ssi,”

Hyunjo merasakan napasnya terhenti saat Im Jae Boom menatapnya tajam, seolah-olah tatapan itu bisa menembus hingga ke dalam jiwanya. Dia hanya diam dan menatap pemuda itu kikuk, dia tidak bicara atau merespon ucapan pemuda itu kecuali sibuk menenangkan dirinya sendiri.

“Sebenarnya apa hubunganmu dengan Lu Han?”

 

œMy Pervert Husband!

 

 

“Aku hanya penasaran bagaimana rasanya berada dalam posisimu sekarang,”

Kim Jun Myeon menyandarkan punggungnya di koridor principal dan menatap Lu Han yang berdiri di hadapannya dengan tatapan meremehkan.

Mereka sepakat untuk bertemu siang ini dan Jun Myeon mengabari Lu Han untuk menemuinya di gedung principal. Di luar dugaannya, pemuda itu datang jauh lebih awal. Dan seperti yang telah Kim Jun Myeon harapkan sebelumnya, keadaan Lu Han benar-benar berada di titik paling dasar. Dia kelihatan tertekan dan berantakan. Bahkan meski Lu Han berusaha menutupi semua itu dengan ekspresi dinginnya, Kim Jun Myeon bisa dengan mudah menangkap kegelisahan itu di sudut mata Lu Han.

Lu Han tidak menjawab kata-kata Jun Myeon, pemuda itu hanya diam dan menatap orang yang berdiri di hadapannya ini dengan pandangan datar. Tangannya telah terkepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan dirinya di saat Jun Myeon berusaha menginjak harga dirinya.

“Kau tahu, sekarang aku mungkin berpikir bahwa aku harus melepaskan predikatku sebagai  pria brengsek karena ku pikir kau terlihat berpuluh-puluh kali lebih pantas mendapatkan predikat itu,”

Jun Myeon tertawa mendengar kata-kata sarkastis itu dari Lu Han. Pemuda itu terlihat menikmatinya seolah-olah Lu Han hanya mengatakan sebuah lelucon bodoh yang tidak penting.

“Dan terus terang saja, aku merasa sangat bersyukur karena pada akhirnya kau akan menyerah pada keadaan,”

Lu Han tersenyum miris. Sekarang dia tahu jika Jun Myeon bukan hanya seorang pria brengsek.

Kim Jun Myeon benar-benar seorang bajingan kotor.

“Ku harap kau tidak melupakan kesepakatan kita,” Lu Han mendekati Jun Myeon, dengan gerakan cepat meraih kerah bajunya dan meninju tembok di sisi wajah Jun Myeon.

“Lepaskan Park Hyunjo,”

Kim Jun Myeon hanya menatap Lu Han datar, tidak bergeming dan dengan cepat menyingkirkan tangan pemuda itu darinya.

“Tentu,”

Lu Han merasa sangsi dengan kata-kata Jun Myeon. Dia bahkan tidak bisa menemukan sebuah keyakinan dari mata pemuda itu. Satu-satunya hal yang membuatnya khawatir adalah keadaan Hyunjo. Dia merasa takut jika wanita itu akan terseret dalam masalah ini. Lu Han mengetahui hal itu dengan baik dan dia bisa membayangkan betapa Hyunjo akan terluka karenanya.

Dia telah memikirkan hal ini beratus-ratus kali dan segalanya menjadi semakin buruk setiap kali laki-laki itu berusaha berpikir. Tapi Lu Han mengerti bahwa hal ini adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan wanita itu.

Jika Hyunjo dikeluarkan dari sekolah ini, maka semuanya sudah berakhir. Wanita itu tidak akan bisa melanjutkan pendidikannya di jenjang manapun dan reputasinya akan hancur berkeping-keping. Itu adalah hal terburuk yang mungkin akan terjadi, tapi hal lainnya yang kerap kali membuat Lu Han risau adalah hal yang akan Hyunjo terima setelah ia dikeluarkan.

Orang-orang itu akan melukai Hyunjo.

Dia tidak hanya akan kehilangan pendidikannya, tapi orang-orang di sekitarnya   akan mengkucilkannya. Mereka akan melabeli Hyunjo dengan sebutan pelacur atau wanita gila yang kehilangan otaknya.

Namun jika Lu Han memutuskan untuk pergi dan mengakhiri segalanya di sini, maka segalanya tidak akan berakhir seburuk yang ia bayangkan.

Hyunjo mungkin akan terluka akan kepergiannya, tapi setidaknya dia tidak akan menghancurkan kehidupan wanita itu. Ia akan tetap memiliki kehidupannya yang normal dan meraih segala impiannya.

Dan Lu Han akan pergi sejauh mungkin untuk membawa semua penderitaan itu di balik punggungnya.

“Aku menghargai hal itu,”

Lu Han tersenyum miris. Dia tahu pasti seburuk apa ekspresi wajahnya saat ini.

Pemuda itu mengeluarkan berkas-berkas dari ranselnya dan menyerahkan berkas itu pada Jun Myeon.

“Untuk yang terakhir kalinya, aku berharap kau bisa menyelesaikan hal ini dengan baik,”

Jun Myeon menatap berkas-berkas yang Lu Han berikan padanya. Dia tahu berkas apa itu.

Sebuah berkas pengunduran diri.

Pemuda itu meninggalkan Jun Myeon di koridor principal seorang diri.

“Apa kali ini aku akan mendapatkan ucapan terimakasih?” Jun Myeon setengah berteriak saat mengatakan hal itu.

Lu Han hanya tersenyum lirih dan menoleh menatap Kim Jun Myeon yang berada di balik punggungnya.

“Tidak untuk saat ini, Kim Jun Myeon.”

 

 

œMy Pervert Husband!

 

Lu Han telah membereskan semua barang-barangnya dari apartemen yang ia tinggali bersama Hyunjo selama hampir setengah tahun. Dia telah memasukkan semua baju-bajunya ke dalam koper dan membiarkan baju seragamnya tetap tinggal di dalam lemari.

Lu Han merasa semua tekanan emosional ini dapat membunuhnya.

Pemuda itu menatap tiket pesawatnya yang tergeletak di sudut meja. Lu Han memejamkan matanya dan membiarkan semua kesedihan ini mengambil alih kesadarannya.

Saat ini Lu Han hanya berpikir tentang hari-hari yang akan ia jalani tanpa Hyunjo dan bagaimana keadaan wanita itu tanpa dirinya.  Semua ini jauh lebih rumit dari apa yang ia bayangkan sebelumnya.

Lu Han bahkan tidak tahu apa yang akan ia lakukan setelah ia sampai di Beijing. Apakah ia harus mulai mencari sekolah baru dan mendaftarkan diri di Universitas seperti yang Hyunjo harapkan darinya selama ini?

Tidak. Lu Han tidak tahu.

Dia tidak bisa membayangkan apapun sekarang. Satu-satunya hal yang berada di pikirannya adalah bagaimana ia bisa menjalani hari demi hari tanpa eksistensi Hyunjo di sisinya.

Apakah ia harus kembali kehilangan seseorang yang ia cintai saat ini? Di saat Lu Han merasa bahwa hidupnya telah lengkap dan tidak akan mengharapkan apa pun lagi?

Lu Han menutup wajahnya dengan kedua tangan, membiarkan tangisan itu memenuhi penjuru apartemennya. Membiarkan dirinya terisak dan merasakan luka itu di setiap inci tubuhnya.

Satu-satunya hal yang ingin ia lakukan saat ini adalah menemui Hyunjo, memeluknya dengan erat dan mengatakan betapa pemuda itu mencintainya. Dan ketika saat itu tiba, Lu Han akan kembali berharap jika waktu dapat terhenti selamanya. Membiarkan dirinya memeluk Hyunjo selamanya, menjadikan wanita itu tetap sebagai miliknya apapun yang terjadi.

Lu Han menyadari bahwa dirinya tidaka kan bisa melakukan semua hal itu. Dia tidak akan pernah menemui wanita itu dan kata-katanya akan ditelan udara bisu. Segalanya hanya akan tersimpan sebagai kenangan.

Lu Han meraih selembar kertas dan mulai menulis. Dia berusaha sekuat tenaga mengumpulkan seluruh perasaannya yang telah hancur berkeping-keping demi mengucapkan salam perpisahal dalam selembar kertas.

Ini yang terakhir kalinya.

Dan Lu Han harusnya merasa cukup bersyukur bahwa Tuhan pernah memberikan Hyunjo di dalam hidupnya.

 

Kau tahu apa yang lebih buruk dari seorang bajingan?

Dan kau tahu apa yang lebih buruk dari sebuah penyesalan?

Saat kau menemukan surat ini, mungkin aku akan berdiri di sudut lain dunia ini. Menatapmu dari sisi yang berbeda.

Aku tahu kau mungkin akan menganggapku sebagai pria brengsek yang tidak beradab.

Aku tahu kau mungkin tidak akan pernah memaafkanku.

Dan aku tidak akan menuntut untuk hal apapun setelah semua ini berakhir.

Karena aku mengetahui hal itu dengan baik.

Aku hanya ingin kau tahu bahwa hingga detik ini aku sangat mencintaimu dan aku tidak tahu hal apa lagi yang lebih berharga di hidupku selain dirimu.

Sebagai seorang bajingan yang telah menghabiskan sebahagian hidupnya di dalam lubang hitam, aku merasa bersyukur bahwa kau pernah berdiri di sisiku.

Aku mungkin tida pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk menghabiskan sisa hidupku bersamamu.

Dan aku berterimakasih untuk segalanya yang telah kau lakukan untukku.

Terimakasih karena kau telah membuat hidupku lebih berarti.

Park Hyunjo…

Terimakasih karena kau telah hidup dan ada untukku.

 

 

œMy Pervert Husband!

 

“A-apa maksudmu, Im Jae Boom-ssi?”

Jae Boom meraih bahu Hyunjo, mencengkeramnya dengan erat.

“Kau dan Lu Han, kalian telah menikah,”

Hyunjo bungkam. Dia bahkan tidak bisa berkata apapun untuk saat ini. Pemuda di hadapannya saat ini menatapnya tajam dan penuh intimidasi. Berusaha menusuk jauh ke dalam jiwanya.

“Dan aku yakin kau bahkan tidak menyadari hal buruk apa yang telah terjadi,”

Ada banyak hal yang terus berputar di dalam kepalanya dan itu membuat Hyunjo kebingungan. Di satu sisi, dia bisa meraskan ketakutan itu merayap di dadanya. Dia terlalu takut untuk bertanya tentang hal buruk yang sedang terjadi.

Dia tidak siap dengan semua kemungkinan itu.

Tapi semua orang tahu, Hyunjo harus menghadapi kemungkinan terburuk itu di hidupnya. Dia tidak memiliki pilihan lain, selain mengikuti skenario ini hingga batas yang tak dapat ditentukan.

“Pihak sekolah telah mengetahui hal ini,”

Im Jae Boom melepaskan cengkeramannya dari bahu Hyunjo, membiarkan wanita itu menatapnya dengan tatapan kosong.

“Dan Lu Han telah dikeluarkan dari sekolah ini,”

Hyunjo jatuh terduduk, menatap lantai di bawahnya dengan tatapan nanar. Air mata bergumul di pelupuk matanya.

Wanita itu menatap Jae Boom.

“Kau bilang dia apa?”

Air mata Hyunjo menetes, membasahi wajahnya dan jatuh berserakan di lantai.

 

TBC

extra quotes: 

tumblr_nu8n0i9lTT1uwr3bwo1_500

155 thoughts on “My Pervert Husband Chapter 18 A – JiYoo19 (D.OneDeer19)”

  1. Aku mohon lanjutkan ff ini eonniii😢😢…
    T.T
    Mau baca dri awal lgi tapi sudah di protect..
    Semangat teruss eonni…aku setia menunggu😅😅

    Like

  2. Hahahha, aku baca mundur jadinya, yg kebuka aja sih. Jadi udah ketauan gt, tapi sepertinya ada campur tangan suho ya.
    Perasaan aku aja ato emg sebenernya panjang tiap ff yg kamu bikin segini? Hehehehe, berasa cepet banget bacanya tau2 udh tbc aja.

    Like

Leave a comment