My Crossdresser Husband [foreword] – JiYoo19

 

Bagi Hyun Jo, hal tergila di hidupnya adalah menikahi manusia jadi-jadian seperti Lu Han.

Dan hal lain yang membuatnya gila adalah suaminya yang terlihat jauh lebih cantik dari dirinya sendiri.

Hyun Jo merasa terhina.

Tapi apa yang bisa Hyun Jo lakukan saat dirinya harus menerima kenyataan bahwa ia telah menikahi seorang cosplayer sinting?

**

PRAKATA

-Wanita Norak Itu Suamiku-

**

Tertera: Seoul, 19 Mei 2015.

Pukul 19.00 waktu setempat.

Hujan rintik-rintik berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk dari apa yang Hyun Jo bayangkan. Sebut saja ini musim panas yang basah, atau sekalian saja musim panas yang kelabu dengan rintik-rintik hujan idiot yang membuat tubuhnya basah kuyup.

Hyun Jo menepi di salah satu cafe yang tampak sepi, dia masuk ke dalam dengan tergesa-gesa sampai mengundang perhatian pengunjung lain. Hyun Jo mengambil tempat di sudut cafe yang letaknya bersebelahan dengan rak buku, lalu seorang waiters datang dengan senyum ramahnya. Dia membawakan Hyun Jo sebuah handuk dan bertanya apakah Hyun Jo membutuhkan sesuatu, tapi sayang Hyun Jo tidak tersenyum dan malah memesan segelas coklat panas dengan nada sinis.

“Apakah ada pesanan lain Nona?” waiters itu mengangkat catatannya, masih dengan senyum ramahnya—yang Hyun Jo anggap seperti senyum wiraniaga.

“Tidak, terimakasih.” Ujar Hyun Jo cepat.

Moodnya sudah terlanjur buruk dan dia tidak mau waiters ini semakin membuatnya buruk.

Hyun Jo memeriksa tasnya dan menemukan semua berkasnya basah oleh air hujan, berikut dengan ponsel tuanya. Maka dia mengumpat, mengutuk hujan dan acara ramalan cuaca sialan di siaran TV SBS pagi ini.

Hyun Jo tidak bisa membayangkan apa-apa lagi karena di kepalanya sudah penuh mengenai kebutuhan rumah tangga beserta tunggakan air dan listrik. Di luar dari itu, terutama untuk tugas-tugas presentasinya yang masih menunggu hingga pekan pertama bulan Juni, Hyun Jo sudah memasrahkan dirinya untuk dimaki oleh Pak Kim selama 50 jam.

Lalu, saat dia masih sibuk mengeringkan kertas-kertas laporan itu, tiba-tiba seorang wanita dengan rambut coklat kemerahan muncul di depan matanya. Hyun Jo hanya sempat melihat higheels dan kaki mulusnya saja sampai tas kulit keluaran terbaru itu menimpa berkas-berkasnya yang malang.

Oh, tidak lagi…

Dan saat itu juga Hyun Jo benar-benar ingin mematahkan hak sepatu wanita kurang ajar ini.

“Aku mencarimu kemana-mana dan ternyata kau malah sedang duduk santai di sini!” wanita itu melepas kaca matanya dan duduk di depan Hyun Jo. Riasan wajahnya benar-benar membuat silau.

“Kau pikir aku sengaja?” Hyun Jo melempar tas mahal itu ke lantai dan merapikan berkasnya, “aku kehujanan selama setengah jam karena menunggumu, hampir terkena ancaman hipotermia dan diceramahi dosenku selama 50 jam!”

Wanita itu menatap Hyun Jo sengit.

“Paling tidak kau punya ponsel untuk menghubungiku.”

“Kalau kau lupa, siapa lagi yang merusaknya di acara Cosplay Fanmeeting waktu itu.” Hyun Jo menatap wanita itu sinis, “aku tidak punya uang untuk membeli ponsel baru.”

Wanita itu mendengus, kemudian mengambil tasnya di lantai.

“Kita bisa urus itu setelah sampai di rumah.”

“Kau pikir aku percaya?”

Hyun Jo bukannya tidak ingin percaya soal iming-iming itu, hanya saja—yah, antisipasi. Sebut saja begitu.

“Jangan berlagak seperti anak kecil yang merajuk. Kita pulang, oke?” wanita itu berdiri dan menarik lengan Hyun Jo semena-mena.

“Hey!” dia berteriak marah. Tapi tetap saja tidak berdaya.

Hyun Jo menyerah—bukan berarti dia memang ingin pulang, tapi dia sadar seberapa besar perbedaan tenaga mereka. Membiarkan dirinya memberontak secara bar-bar di cafe hanya akan membuat situasinya semakin tidak menguntungkan, terlebih lagi orang ini hanya bisa membuat citranya tampak buruk.

“Aku bisa jalan sendiri!” Hyun Jo berusaha melepaskan tangannya dari genggaman wanita ini, tapi dia sama sekali tidak berniat untuk membiarkan Hyun Jo lepas darinya.

“Jangan memberontak.”

Oh ya, memangnya Hyun Jo ini apa? Budak?

Dan yang lebih penting, coklat panas pesanan Hyun Jo bahkan belum tiba dan dia belum membayarnya.

“—hey! Aku belum bayar pesananku!!”

 

**

 

Oke. Hyun Jo kesal. Tidak ada yang lebih memuakkan dari pada terjebak bersama Lu Han hingga setengah jam ke depan di dalam mobil. Setidaknya sampai mereka tiba di apartemen dengan selamat.

Hyun Jo pikir, dia harus menjelaskan keadaannya saat ini. Seberapapun ia membenci ini—lebih dari seluruh kekacauan soal hujan dan ramalan cuaca sialan.

Wanita norak yang tiba-tiba datang dan menyeret Hyun Jo pulang tadi adalah Lu Han, suaminya.

Well, mereka tidak terlibat hubungan ilegal seperti lesbian atau apalah itu. Mereka normal. Tentu saja.

Oke, setidaknya meski ini tidak bisa dibilang benar-benar ‘normal’, Hyun Jo masih menjadi satu-satunya yang normal di sini. Dan dia sangat bersyukur untuk itu.

Wanita bergaun merah itu adalah Lu Han. Dia tentu saja seorang laki-laki tulen.  Semuanya benar-benar normal kecuali kebiasaannya untuk crossdressing.

Walaupun Hyun Jo tidak tahu pasti seberapa besar presentasi kenormalan orientasi seksualnya, Lu Han tetap saja suaminya yang sudah tercatat sah secara hukum dan agama. Mereka menikah tepat bulan November tahun lalu di sebuah gereja sederhana yang lokasinya berdekatan dengan Rumah Sakit Ye Woon, tempat Lu Han bekerja.

Ini semua murni akal-akalan keluarganya. Hyun Jo sama sekali tidak tahu menahu soal pernikahan ini dan tahu-tahu saja dia akan dinikahkan dengan pemuda yang tempo hari ia temui pada acara cosplay.

Usianya saat itu baru menginjak 17 tahun dan ia masih berstatus sebagai mahasiswi tahun pertama Universitas Seoul.  Yang lebih mengejutkan lagi, dia malah harus menikahi seorang manusia yang tidak tahu harus ia sebut apa—sudah berusia 29 tahun dan berpenampilan seperti wanita sungguhan.

Hyun Jo hanya tahu kalau ini perjodohan lama yang sudah direncanakan keluarganya dengan keluarga Lu Han. Minggu-minggu awal pernikahan mereka juga tidak berjalan mulus dan cenderung diramaikan dengan adu mulut. Dalam beberapa kesempatan, bahkan Hyun Jo harus mengerahkan banyak tenaga untuk melempari Lu Han dengan buku panduannya yang memiliki 500 halaman lebih, karena Lu Han mengacaukan tugas kampusnya.

Tidak jarang juga Lu Han menghamburkan isi lemari pakaian Hyun Jo keluar hanya untuk menempatkan pakaian-pakaian berharganya di dalam lemari. Dan sekali lagi, mereka hampir saling bunuh satu sama lain.

Benar-benar kurang ajar, pikir Hyun Jo.

Dimana letak sopan santunnya pada wanita, yang terlebih lagi adalah istrinya sendiri.

Hyun Jo menghela napas panjang. Ia menyandarkan kepalanya pada jendela mobil dan mulai berpikir kalau ini benar-benar final destination dalam versi yang berbeda.

“Bisa gila aku.”

Semua ini diluar kuasanya—ada hal yang kadang-kadang melenceng dari skenario yang ia buat, dan Lu Han termasuk dalam hal itu. Begitu pula pernikahan ini.

Hyun Jo tidak bilang kalau dia membenci ini, tapi ia akan mencoba menjalaninya bersama Lu Han.

Paling tidak, dia berusaha untuk pelan-pelan menjatuhkan dirinya pada laki-laki ini.

Dan Hyun Jo hanya ingin tahu apa yang akan Lu Han lakukan setelah ini.

Apakah dia akan menangkapnya, atau membiarkan Hyun Jo begitu saja.

**

TBC